Postingan

Tugas X

OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data          dan Teknik Analisis Data 3.1.1 Metode Penelitian        Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif merupakan cara tertentu dalam mengungkap dan menelaah permasalahan dengan menggambarkan dan menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi berdasarkan fakta, sehingga menghasilkan data yang bersifat deskriptif yaitu berupa kata – kata tertulis maupun lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Kemudian dalam penelitian kualitatif  tidak menekankan pada generalisasi melainkan lebih menekankan pada makna (data sebenarnya).  Hal tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh Sugiyono: “Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositi

Tugas IX

PENGENALAN DAN PRAKTEK SURVEY LALU LINTAS Tujuan Survey Tujuan pengumpulan data pada survey lalu lintas kali ini yaitu : a.    Untuk mengetahui tingkat kepadatan lalu lintas pada Jalan S Parman Ulak Karang Padang Utara berdasarkan volume lalu lintas yang mencakup jenis kendaraan dan arah gerakan kendaraan, dengan melakukan pengamatan dan pencacahan langsung dalam periode waktu yang telah ditentukan. b.    Untuk mengetahui tingkat kepadatan lalu lintas pada ruas jalan berdasarkan volume lalu lintas, arah arus lalu lintas, jenis kendaraan dalam satu satuan waktu tertentu yang dilakukan dengan pengamatan dan pencacahan langsung di lapangan. 1.3.  Manfaat Penelitian a.    Sebagai dasar Perencanaan Lalu Lintas b.    Sebagai dasar untuk menentukan Manajemen Lalu Lintas 2.1.  Perhitungan Lalu Lintas perhitungan lalu lintas merupakan suatu metodeperhitungan kendaraan dalam survei lalu lintas. Perhitungan lalu lintas  atau Traffic Counting dapat dilakukan dengan dua acara yaitu Per

Tugas VIII

KONSEP DASAR Dan ANALISA TRAFFIC SIGNAL LAMPU LALU LINTAS ( TRAFFIC SIGNAL)  Lampu lalu lintas secara sederhana dapat diterangkan sebagai lampu yang berada pada kanan kiri pendekat dari simpang berupa tiang dengan tiga buah lampu yang berderet dari atas ke bawah dengan warna merah pada deret paling atas kemudian kuning dan hijau yang paling bawah. Pemasangan lampu lalu-lintas merupakan suatu upaya pengaturan simpang yang mengacu pada pertimbangan : 1. Tundaan dari arah minor ³ 30 detik selama delapan jam dalam sehari. 2. Arus kendaraan dari masing-masing lengan ³ 750 kendaraan / jam selama delapan jam dalam sehari. 3. Arus pejalan kaki dari masing-masing lengan ³ 175 orang / jam selama delapan jam dalam sehari. 4. Angka kecelakaan ³ 5 kejadian/tahun. Apabila persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka pemasangan lampu lalu-lintas menjadi tidak layak dan jika dipaksakan maka : 1. Terjadi pemborosan karena biaya pengadaannya cukup mahal. 2. Timbul tundaan yang tidak perlu pada

VI - VII

PENGENALAN DAN PENENTUAN LOKASI SURVEY Untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik lalu lintas maka diperlukan untuk mendapatkan berbagai informasi mengenai prasarana, lalu lintas yang bergerak diatasnya serta perilaku pengguna. Informasi tersebut dianalisis untuk memperoleh unjuk kerja lalu lintas, bila unjuk kerja berada dibawah standar pelayanan minimal, selanjutnya diusulkan perubahan geometrik atau pengaturan penggunaan ruang jalan. Pada bab ini akan diuraikan jenis-jenis survai yang diperlukan, informasi yang dikumpulkan dalam survai, merumuskan formulir survai, tata cara melakukan survai, serta pengolahan dan penyajian hasil survai yang dilakukan dalam rangka memperbaiki unjuk kerja lalu lintas. Survei inventarisasi prasarana jalan Merupakan survei untuk mengumpulkan data mengenai dimensi dan geometrik jalan, terdiri dari antara lain: 1. panjang ruas jalan; 2. lebar jalan; 3. jumlah lajur lalu lintas; 4. lebar bahu jalan; 5. lebar median; 6. lebar trotoar;

Tugas V

Hubungan Volume, Kecepatan      dan Kepadatan terhadap Kinerja Ruas Jalan PENDAHULUAN Dalam perancangan,perencanaan dan penetapan berbagai kebijaksanaan sistem tansportasi, teori pergerakan arus lalulintas memegang peranan yang sangat penting.Kemampuan menampung arus lalulintas sangat bergantung pada keadaan fisik dari jalan tersebut, baik kualitas maupun kuantitasnya serta karakteristik operasional lalulintasnya.Teori pergerakan arus lalulintas ini akan menjelaskan mengenai kualitas dan kuantitas dari arus lalulintas sehingga dapat diterapkan kebijaksanaan atau pemilihan sistem yang paling tepat untuk menampung lalulintas yang ada. Untuk memenuhi penerapan teori pergerakan lalulintas digunakan metode pendekatan matematis dan fisis untuk menganalisis gejala yang berlangsung dalam arus lalulintas. Salah satu cara pendekatan untuk memahami perilaku lalulintastersebut adalah dengan menjabarkannya dalam bentuk matematis dan grafis.Suatu peningkatan dalam volume lalulintas akan me

Tugas IV

KARAKTERISTIK LALU LINTAS DI SEPANJANG PINGGIRAN KOTA  PONTIANAK TANPA MEDIAN JALAN ( JALAN SUNGAI RAYA DALAM ) Hendri januardi1), Komala Erwan2), dan Siti Nurlaily Kadarini2) azzahrajulianti21@gmail.com 1. PENDAHULUAN Ruas jalan Sui.Raya Dalam pada saat ini dapat dilihat sudah mengalami peningkatan  yang sangat pesat dalam penggunaan fungsi operasionalnya. Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya aktifitas penduduk tentu  menjadi dasar meningkatnya aktifitas lalu lintas, hal ini tentu menyebabkan kemampuan  jalan dalam menampung aktifitas lalu lintas di  jalan tersebut menjadi berkurang. Meskipun sebagian kendaraan sudah menggunakan jalur baru yang sedang dalam pengerjaan, namun kemacetan dan meningkatknya volume lalu lintas masih tampak pada ruas jalan yang ditinjau, maka  dari itu sangat diperlukan secepatnya penyelesaian untuk masalah tersebut. Ruas jalan Sui.Raya Dalam pada saat ini dapat dilihat sudah mengalami peningkatan yang sangat pesat dalam penggunaan

Tugas rekaya lalulintas II - III

  KONSEP TRANSPORTASI Sesuai amanat UU  No 32 tahun 2004  tentang Pemerintahan Daerah, dimana titik pusat otonomi daerah adalah Kabupaten/Kota, maka Sistem Transportasi Kota menjadi tanggung  jawab Pemerintah Kabupaten/Kota.  Pemerintah Kabupaten/Kota diberi  kewenangan  untuk  merencanakan,  mendanai,  menggali  dana  serta menyelenggarakan transportasi kota sesuai dengan kebutuhan yang dihadapinya.  Atas dasar itu, maka Pemerintah Kabupaten/Kota membentuk institusi-institusi yang  bertanggung-jawab  mengelola  sistem  transportasi  kota.  Badan  Perencana Pembangunan  Daerah  (Bappeda),  Dinas  Perhubungan,  Dinas  Pekerjaan  Umum/ Prasarana  Wilayah,  dan  Kepolisian  Daerah  adalah  institusi-isntitusi  daerah  yang lazimnya  menangani  transportasi  kota  secara  sektoral  (Balitbang  Dephub:2009).  Jurnal Maksipreneur, Vol.IV, No. 1, 2014 117  Bebeberapa  nomenklatur institusi  pengelola transportasi  kota  yang  biasa dibentuk adalah Sub Dinas Jalan Raya, Kereta Api dan Angk